This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 19 September 2016

Penyakit Campak

Campak merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi pada masyarakat kita. Penyakit yang disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus ini tergolong penyakit menular yang sangat cepat penyebarannya dan biasanya terjadi dalam bentuk wabah. Penyakit campak ini akan memuculkan ruam diseluruh tubuh yang sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Penyakit campak umumnya menyerang anak-anak yang ditandai dengan demam, ruam dihampir sekujur tubuh, batuk, pilek, mata merah dan sakit tenggorokan. 

Ruam disekujur tubuh pada penyakit campak

Gejala Penyakit Campak

Orang yang rentan terkena penyakit campak akan mengalami gejala campak setelah 7 sampai 14 hari kemudian dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
  • Muntah, orang yang telah terpapar virus campak akan merasakan muntah-muntah yang diawali dengan rasa mual yang menyebabkan tubuh akan merasa lemas dan sulit untuk melakukan kegiatan apapun.
  • Nafsu makan yang berkurang, penderita campak juga akan mengalami nafsu makan yang berkurang dan menyebabkan tidak adanya asupan energi dalam tubuh sehingga penderitanya akan mengalami rasa loyo dan tidak bersemangat.
  • Diperkirakan dalam jangka waktu tiga hari akan muncul ruam-ruam (bintil-bintil) besar berwarna merah dibagian kulit muka, leher dan juga pada bagian selaput lendir mulut.
  • Bila keadaannya parah akan menyebabkan suhu badan naik hingga 40 derajat celcius, yang disebabkan oleh infeksi yang semakin parah akibat dari sistem imun tubuh yang semakin lemah.
  • Biasanya terjadi pembengkakan disekeliling mata dan rasa gatal pada kulit. Mata merah dan membengkak disebabkan karena kondisi tubuh yang terinfeksi dan juga rasa demam pada tubuh. 
Penyakit campak akut yang disebabkan keterlambatan dalam penanganannya akan berdampak pada komplikasi campak termasuk pneumonia, infeksi telinga dan mata serta sesak nafas (infeksi paru-paru dan tenggorokan). Komplikasi yang lebih serius juga mungkin dapat terjadi seperti radang otak (ensefalitis) namun kenyataannnya jarang ditemukan. 

Bagi penderita campak, virus campak ada didalam percikan cairan yang dikeluarkan saat mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapapun juga yang menghirup percikan cairan ini. Virus campak bisa bertahan dipermukaan selama beberapa jam, yang mengakibatkan virus ini bisa bertahan menempel pada benda-benda yang apabila kita menyentuh benda tersebut dan kemudian kita menempelkan tangan kita pada hidung atau mulut maka kita akan dengan mudah terinveksi oleh virus campak tersebut.   

Campak lebih sering menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun. Namun kita sebagai orang dewasa juga tak luput dari penyakit ini apabila kita belum pernah terpapar campak atau tidak memiliki serum vaksin campak dalam tubuh kita.

Penanganan Penyakit Campak

  1. Bila campaknya ringan, penanganan campak anak cukup dilakukan perawatan didalam rumah, namun apabila campaknya berat dan terjadi komplikasi maka sebaiknya perawatan dilakukan di rumah sakit.
  2. Anak perlu mendapatkan penanganan campak dengan dirawat ditempat tersendiri agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain, apalagi kalau ada bayi didalam rumah yang belum mendapatkan imunisasi.
  3. Penderita campak membutuhkan asupan makanan yang bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
  4. Penanganan dengan menjaga kebersihan tubuh anak penderita campak dengan tetap memandikannya, karena selama ini masih banyak orangtua yang memperlakukan anak secara salah seperti tidak memandikan anak. Dikhawatirkan keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. 
  5. Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi ke dokter.
  6. Istrahat yang cukup.

Pencegahan Penyakit Campak

Perlindungan terbaik dari penyakit campak yaitu dengan imunisasi vaksin MMR. Imunisasi dilakukan dengan dua dosis yaitu dosis pertama diberikan kepada bayi yang berusia 12 bulan dan dosis kedua diberikan pada usia 4 tahun. Tidak ada obat campak yang bisa diberikan secara langsung dan juga bisa bekerja pada virus campak. Anak biasanya akan membutuhkan waktu istrahat ditempat tidur, kompreslah dengan menggunakan air hangat jika anak menderita demam tinggi.
Bentuk pencegahan lainnya yang harus dilakukan adalah dengan munculnya upaya pencegahan yang muncul akibat komplikasi. Dan biasanya pada kegiatan yang dilakukan antara lain adalah dalam mencegah terjadinya perubahan dalam suatu komplikasi menjadi suatu kecatatan tubuh dan juga melakukan proses rehabilitasi yang dilakukan sedini mungkin untuk penderita yang mengalami masalah kecatatan.

Itulah gambaran mengenai penyakit campak untuk kita ketahui bersama, khususnya bagi kita yang memliki anak bayi yang belum diimunisasi lengkap.
Semoga artikel ini memberikan kita manfaat...   

 

Malaria Disease

What is malaria ?
Malaria is a disease of the blood that is caused by the Plasmodium parasite, which is transmitted from person to person by a particular type of mosquito. Malaria is usually found in tropical and subtropical climates where the parasites that cause it live. Malaria is a life threatening disease. It's typically transmitted through the bite of an infected Anopheles mosquito. When this mosquito bites you, the parasite is released into your bloodstream.

Anopheles mosquito

All the clinical symptoms associated with malaria are caused by the asexual erythrocytic or blood stage parasites. When the parasite develops in the erythrocyte, numerous known and unknown waste substances such as hemozoin pigment and other toxic factors accumulate in the infected red blood cell. These are dumped into the bloodstream when the infected cells lyse and release invasive merozoites. The hemozoin and other toxic factors such as glucose phosphate isomerase (GPI) stimulate macrophages and other cells to produce cytokines and other soluble factors which act to produce fever and rigors and probably influence other severe pathophysiology associated with malaria.

There are more than 100 species of malaria parasite. The most deadly – and most common in Africa - is known as Plasmodium falciparum. Once the parasite enters the human body, it lodges itself in the liver where it multiplies approximately 10,000 times. Two weeks after entering the body, the parasite bursts into the blood stream where it begins infecting red blood cells. 

The symptoms of malaria typically develop within 10 days to four weeks following the infection. In some people, symptoms may not develop for several months. Some malarial parasites can enter the body but will be dormant for long periods of time. Common symptoms of malaria include:
  • shaking chills that can range from moderate to severe
  • high fever
  • profuse sweating
  • headache
  • nausea
  • vomiting
  • diarrhea
  • anemia
  • muscle pain
  • convulsions
  • coma
  • bloody stools
Your doctor will be able to diagnose malaria. During your appointment, your doctor will review your health history, including any recent travel to tropical climates. A physical exam will also be performed. Your doctor will be able to determine if you have an enlarged spleen or liver. If you have symptoms of malaria, your doctor may order additional blood tests to confirm your diagnosis. These tests will show:
  • whether or not you have malaria
  • what type of malaria you have
  • if your infection is caused by a parasite that’s resistant to certain types of drugs
  • if the disease has caused anemia
  • if the disease has affected your vital organs
Severe malaria occurs when infections are complicated by serious organ failures or abnormalities in the patient's blood or metabolism. The manifestations of severe malaria include
  • Cerebral malaria, with abnormal behavior, impairment of consciousness, seizures, coma, or other neurologic abnormalities
  • Severe anemia due to hemolysis (destruction of the red blood cells)
  • Hemoglobinuria (hemoglobin in the urine) due to hemolysis
  • Acute respiratory distress syndrome (ARDS), an inflammatory reaction in the lungs that inhibits oxygen exchange, which may occur even after the parasite counts have decreased in response to treatment
  • Abnormalities in blood coagulation
  • Low blood pressure caused by cardiovascular collaps
  • Acute kidney failure
  • Hyperparasitemia, where more than 5% of the red blood cells are infected by malaria parasites
  • Metabolic acidosis (excessive acidity in the blood and tissue fluids), often in association with hypoglycemia
  • Hypoglycemia (low blood glucose). Hypoglycemia may also occur in pregnant women with uncomplicated malaria, or after treatment with quinine.
Severe malaria is a medical emergency and should be treated urgently and aggressively.







Malaria is a life-threatening condition. Treatment for the disease is typically provided in a hospital. Your doctor will prescribe medications based on the type of parasite that you have. In some instances, the medication prescribed will not clear you of the infection. Parasites that are resistant to drugs have been reported. These parasites make many drugs ineffective. If this occurs, your doctor may need to use more than one medication or change medications altogether to treat your condition.
People with malaria who receive treatment typically have a good long-term outlook. If complications arise as a result of malaria, the outlook may not be as good. Cerebral malaria, which causes swelling of the blood vessels of the brain, can result in brain damage. The long-term outlook for patients with drug-resistant parasites may also be poor. In these patients, malaria may recur. This may cause other complications.

Other Manifestations of Malaria
Neurologic defects may occasionally persist following cerebral malaria, especially in children. Such defects include trouble with movements (ataxia), palsies, speech difficulties, deafness, and blindness. Recurrent infections with P. falciparum may result in severe anemia. This occurs especially in young children in tropical Africa with frequent infections that are inadequately treated.
Malaria during pregnancy (especially P. falciparum) may cause severe disease in the mother, and may lead to premature delivery or delivery of a low-birth-weight baby. On rare occasions, P. vivax malaria can cause rupture of the spleen. Nephrotic syndrome (a chronic, severe kidney disease) can result from chronic or repeated infections with P. malariae. Hyperreactive malarial splenomegaly (also called "tropical splenomegaly syndrome") occurs infrequently and is attributed to an abnormal immune response to repeated malarial infections. The disease is marked by a very enlarged spleen and liver, abnormal immunologic findings, anemia, and a susceptibility to other infections (such as skin or respiratory infections).

There’s no vaccine available to prevent malaria. Talk to your doctor if you’re traveling to an area where malaria is common or if you live in such an area. You may be prescribed medications to prevent the disease. These medications are the same as those used to treat the disease and can be taken before, during, and after your trip.

Talk to your doctor about long-term prevention if you live in an area where malaria is common. Sleeping under a mosquito net may help prevent being bitten by an infected mosquito. Covering your skin or using bug sprays containing DEET may also help prevent infection. If you’re unsure if malaria is prevalent in your area, the CDC has an up-to-date map of where malaria can be found. 

That's a little picture of malaria so that we can prevent the spread of the disease . May be useful.






  

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue atau biasa disebut dengan DBD adalah salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis merupakan tempat hidup favorit nyamuk utamanya dimusim penghujan. Menurut data yang dihimpun oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 2013 telah terjadi 112.511 kasus Demam Dengue ini yang tersebar di 34 Provinsi, tercatat 871 penderita yang meninggal dunia. Namun pada Tahun 2014, kasus Demam Dengue di Indonesia mengalami penurunan. Menurut data yang dikumpulkan sampai pertengahan Desember 2014 telah terjadi 71.668 kasus dengan 641 orang diantaranya meninggal dunia.  Data diatas menjadikan Negara kita berada diposisi pertama untuk kasus Demam Dengue tertinggi di Asia Tenggara dan nomor urut dua untuk Dunia setelah Negara Brazil. 

Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyebab dari penyakit Demam Dengue ini adalah nyamuk Aedes Aegypti dengan cara penyebarannya yaitu melalui nyamuk yang mengigit seseorang yang sudah terinfeksi Virus Demam Berdarah. Virus ini akan terbawa kedalam kelenjar ludah si nyamuk kemudian nyamuk ini mengigit orang yang sehat dan akhirnya virus demam berdarah ini akan pindah ke orang yang sehat tersebut dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah. 
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur. Maka, berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan cegah nyamuk ini menggigit anak yang sedang tidur siang.
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di daerah yang banyak pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda.

Seseorang yang sudah terinfeksi virus DBD ini biasanya akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut :
  • Demam tinggi terus menerus dengan suhu 39-40 derajat celcius yang mengakibatkan sakit kepala pada penderita
  • Adanya tanda pendarahan di mulut, hidung (mimisan) dan dubur (BAB berdarah)
  • Demam tanpa disertai batuk-batuk
  • Sakit perut atau mual
  • Badan terasa pegal atau nyeri pada persendian.
  • Munculnya bintik-bintik merah pada kulit, yang bila kulit diregangkan bintik merah tersebut tetap muncul, berbeda dengan gigitan nyamuk biasa yang bila kulit diregangkan bintik merah tersebut akan hilang.
  • Bila penyakit sudah parah, penderita akan merasakan gelisah dengan ujung tangan dan kaki yang dingin. 
  • Hasil tes Torniquet yang positif dan berkurangnya jumlah trombosit hingga dibawah 100.000 per mm3.
Jika ada anggota keluarga kita yang mengalami gejala-gejala seperti diatas, sebaiknya sesegera mungkin untuk dilakukan pemeriksaan ke dokter untuk diagnosa lebih dini dan kalau memang ada indikasi kearah penyakit Demam Dengue segera lakukan pemeriksaan darah di laboratorium untuk memastikan betul apakah anggota keluarga kita sudah terinfeksi DBD atau tidak agar dapat dilakukan penanganan segera.

Penyakit DBD yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue ini memiliki 4 serotipe yakni DEN 1-DEN 2-DEN 3 dan DEN 4 yang bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Demam berdarah dapat menyebabkan kebocoran cairan dalam pembuluh darah yang mengakibatkan penderitanya mengalami syok. Untuk itu sangat penting bagi kita utamanya bagi seorang ibu yang memiliki anak untuk mengetahui fase demam berdarah dan tanda bahaya yang mungkin timbul guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan.

Adapun fase perkembangan dari virus dengue ini adalah sebagai berikut :
  • Fase Demam, dimana penderita akan mengalami demam yang tinggi tanpa ada sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, namun demam ini dapat turun pada hari ke-3 sampai hari ke-5 kemudian naik lagi. Pada fase ini, kebanyakan orang akan mengalami demam tinggi selama 3 hari dan disertai dengan nyeri kepala hebat, nyeri di belakang bola mata, nyeri otot dan juga nyeri sendi. Selain itu pada beberapa kasus dapat disertai dengan perdarahan ringan sampai berat, seperti ruam di kulit, mimisan maupun gusi berdarah, juga keluhan pencernaan seperti mual dan muntah. Semua gejala yang timbul pada fase demam berdarah ini merupakan hasil dari respon sistem pertahanan tubuh kita terhadap infeksi virus Dengue. Tubuh kita akan membentuk antibodi yang nantinya akan menimbulkan reaksi radang di seluruh tubuh kita terutama di pembuluh darah. Pada kondisi ini, terdapat beberapa kemungkinan bahaya yang dapat timbul sewaktu-waktu. Kondisi tersebut meliputi dehidrasi atau kekurangan cairan yang ditimbulkan oleh peningkatan metabolisme tubuh dan karena proses radang yang terjadi. Hal ini sangat rentan terjadi terutama pada anak-anak karena tubuh mereka yang lebih banyak terdiri dari air. Selain itu, pada anak-anak juga dapat terjadi penyakit kejang yang disebabkan oleh demam yang terlalu tinggi. 
  • Fase Kritis, dimana seorang pasien yang mengalami demam berdarah dengue ini tampak mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya suhu demam sampai keadaan normal disertai keringat dan berkurangnya gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas. Namun pada fase kritis ini yang berlangsung di hari ke-4 penderita DBD akan merasakan tubuhnya semakin lemas. Pada fase ini, sebenarnya di dalam tubuh kita terjadi proses yang sangat berbahaya yakni turunnya jumlah sel untuk pembekuan darah (trombosit) disertai dengan cedera lapisan pembuluh darah yang hebat. Cedera pembuluh darah inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan kebocoran pembuluh darah sehingga cairan didalam pembuluh darah akan merembes ke jaringan sekitarnya. Pada kondisi ini seorang pasien harus dibawa ke rumah sakit atau ke tempat pertolongan kesehatan terdekat. Pada fase kritis ini bisa terjadi berbagai bahaya karena kebocoran pembuluh darah yang hebat dimana bisa membuat organ lain seperti paru-paru terganggu. Selain itu pada fase ini juga bisa terjadi perdarahan di berbagai organ dalam, termasuk di otak yang sangat mengancam nyawa. Pada fase demam berdarah kedua ini, kondisi pasien akan perlahan-lahan memburuk ditandai dengan kesadaran dan tekanan darah yang menurun, pola nafas yang tidak teratur, nadi yang melemah dan dingin pada ujung kaki ataupun tangan. Semua keadaan ini dikenal dengan istilah syok, dimana syok ini disebabkan karena hilangnya volume cairan dari dalam pembuluh darah. Di dalam dunia medis, kondisi ini disebut Dengue Shock Syndrome (DSS) dan merupakan komplikasi dari penyakit demam berdarah yang sangat mengancam nyawa dan dapat berakibat kematian. Kondisi syok ini menyebabkan pasien harus dirawat di tempat perawatan khusus di rumah sakit. 
  • Fase penyembuhan, dimana fase ini terjadi pada hari ke-6 dan ke-7. Pada fase ini biasanya keadaan pasien semakin stabil seiring dengan jalannya proses perawatan yang baik. Pada fase ini, tubuh kita akan menunjukan perbaikan berupa perbaikan tekanan darah, pola nafas, denyut nadi dan juga penurunan suhu kembali normal. Pada fase demam berdarah ini, biasanya pasien sudah muali aktif kembali dan nafsu makan perlahan-lahan mulai meningkat. 
     
Ketiga fase diatas mengalami variasi yang berbeda-beda pada setiap orang. Kasus demam berdarah paling banyak mengancam jiwa anak-anak karena proses kebocoran pembuluh darah yang hebat dan tidak tertangani dengan cepat dan tepat. Untuk itu bagi kita semua terutama bagi ibu yang memiliki anak-anak sangat penting untuk mengamati anak-anak jika sedang terserang demam.

Adapun pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit Demam Berdarah Dengue ini yaitu dengan melakukan :
  1. Memberikan minum sebanyak mungkin kepada penderita untuk mencegah dehidrasi seiring dengan adanya kebocoran pada pembuluh darah, namun ketika kebocoran telah selesai maka dalam waktu 2 x 24 jam asupan air putih pun harus dikurangi.
  2. Kompres dengan air agar suhu panas tubuh terus menurun.
  3. Berikan obat penurun panas.
  4. Jika dalam jangka waktu 3 hari demam tidak turun bahkan semakin naik, maka segeralah membawa penderita ke Rumah Sakit atau Puskesmas untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
  5. Jika penderita tidak bisa makan dan minum (kondisi muntah terus menerus) dan kondisi yang semakin parah disertai dengan kesadaan yang semakin menurun bahkan hilang maka sebaiknya dilakukan perawatan intensif di rumah sakit.
Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memberantas nyamuk dewasa penyebab Demam Berdarah yaitu dengan melakukan :
  •  Pasang kasa nyamuk pada ventilasi jendela kamar / rumah.
  • Lindungi anak / bayi anda ketika sedang tidur di pagi atau sore hari dengan memasangkan kelambu agar terhindar dari gigitan nyamuk.
  • Jangan membiasakan menggantung baju bekas pakai karena nyamuk sangat menyukai bau badan manusia yang melekat pada baju yang tergantung.
  • Semprot / bakar obat nyamuk setiap pagi dan sore hari.
  • Fogging (pengasapan). Fogging ini dilakukan biasanya karena adanya laporan dari Rumah Sakit / Puskesmas terkait dengan adanya penderita DBD pada suatu wilayah, sehingga untuk mencegah menyebarnya virus DBD ini maka Dinas Kesehatan setempat akan melakukan program fogging ini.
Itulah gambaran tentang penyakit Demam Berdarah Dengue ini yang harus kita ketahui agar kita bisa mewaspadai ataupun mencegah agar keluarga kita tercinta tidak menjadi korban dari penyakit yang cukup berbahaya ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.  
 


Minggu, 18 September 2016

Penyakit Herpes dan Pengobatannya

Satu lagi macam penyakit kulit yang disebabkan oleh virus yaitu penyakit herpes. Penyakit kulit herpes ini bisa berkembang menjadi penyakit kulit diseminata. Penyakit kulit herpes ini bisa menyerang siapa saja bahkan bayi sekalipun. Sebenarnya penyakit kulit yang satu ini merupakan bentuk lain dari penyakit cacar sehingga banyak juga orang menyebut penyakit ini sebagai dompo atau cacar ular. Penyakit kulit herpes ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung kecil yang berisi cairan dalam jumlah banyak dan apabila gelembung ini pecah akan mengeluarkan banyak bakteri dan virus yang langsung menyebar dan membentuk lesi gelembung dibagian kulit yang lain. 

Penyakit Herpes

Ciri-ciri orang yang menderita penyakit herpes ini mudah dikenal karena langsung terlihat di luar permukaan kulit dan ini merupakan salah satu jenis penyakit yang menyerang kulit. Ciri lain dari penyakit herpes ini adalah munculnya gelembung yang berisi air dan tumbuh berkelompok. 

Penyakit kulit herpes terdiri dari 2 jenis yaitu Penyekit kulit herpes Genitalis dan penyakit kulit herpes Zooster. Kedua jenis herpes ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex dan juga virus Varisella Zooster. Herpes Genitalis sesuai dengan namanya biasanya menyerang pada organ kelamin sehingga biasa disebut juga dengan penyakit menular kelamin. Sedangkan Penyakit kulit Herpes Zooster ini disebut juga sebagai kelanjutan dari penyakit cacar air atau Chickenpox. Virus ini biasanya tersembunyi dalam tubuh dan bisa aktif lagi ketika kondisi daya tahan tubuh kita menurun. 

Adapun gejala dari penyakit kulit herpes zooster yaitu kita akan merasakan demam karena adanya infeksi, cepat merasa lelah, lesu dan lemah. Pada kasus yang lebih berat, bisa dirasakan nyeri sendi, sakit kepala dan merasa pusing. Nyeri ini berkisar dari nyeri ringan sampai nyeri berat berupa rasa pegal, terbakar atau menusuk-nusuk. Kulit dibagian tubuh yang terinfeksi biasanya terasa lunak. Beberapa hari kemudian timbullah bintik keil kemerahan pada kulit. Bintik kecil inilah yang kemudian menjadi gelembung-gelembung transparan berisi cairan yang mengandung virus dan bakteri. Apabila gelembung ini pecah maka akan dengan mudah menyebar kebagian kulit lainnya. Beberapa penderita penyakit herpes ada yang mengalami komplikasi pada peradangan hati atau hepatitis. Jika penyakit ini menyerang bayi, maka bayi tersebut akan mengalami kejang-kejang dan berakibat pada infeksi otak bayi.    

Umumnya penyakit herpes ini menular melalui kontak langsung dengan penderita penyakit ini. Namun untuk penyakit herpes zooster yang menyerang kulit biasanya penularannya melalui udara namun daya tularnya tidak separah penyakit cacar air. Apabila ada orang yang sudah tertular herpes zooster, umumnya tanda-tanda awal yang terjadi adalah orang tersebut terkena penyakit cacar air terlebih dahulu yang sebelumnya orang tersebut belum pernah terjangkiti penyakit tersebut. 

Untuk Herpes Genitalis yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (VHS), hal ini ditandai dengan munculnya tonjolan kulit yang berisi cairan disekitar area genital / kelamin. Jenis herpes ini juga digolongkan sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS) karena penularannya terjadi melalui hubungan seksual. 

Jenis Herpes Genital / Herpes Simpleks

Adapun gejala yang dirasakan pada penyakit jenis herpes genitalis ini yaitu sebelum adanya tonjolan dikulit, penderita akan mrasakan sakit kepala dn merasa tidak enak badan. Selain itu juga penderita akan merasakan nyeri di area tubuh yang terinfeksi dengan disertai demam. Setelah adanya gejala-gejala tersebut kemudian muncullah bintil-bintil merah pada kulit di area genital ini yang disertai dengan rasa gatal yang sangat sehungga muncul hasrat untuk menggaruknya. Letak bintil merah tersebut berdekatan di area genital dan berkelompok serta tidak menyebar ke bagian tubuh lain seperti halnya herpes zooster. 

Infeksi ini dapat tertular dari seseorang penderita aktif ataupun dari penderita tanpa gejala apapun. Pada saat sedang dalam keadaan aktif, virus berada di saliva (liur) dan sekresi genital. Penyebaran virus dapat terjadi dengan kontak langsung sekresi yang terinfeksi atau kontak langsung dengan kulit penderita di daerah yang terinfeksi. 

Sekarang kita akan membahas bagaimana mengobati penyakit kulit herpes ini dengan menggunakan obat-obatan yang mujarab serta terbuat dari bahan herbal alami. Adapun salah satu obat alami untuk menyembuhkan penyakit herpes ini adalah yang disebut dengan Daun Dewa atau biasa dikenal dengan sebutan Sangjo. Untuk mengolah obat tersebut yaitu dengan menumbuk daun dewa tersebut hingga halus, lalu oleskan tumbukan daun dewa yang telah halus tadi disekitar area kulit yang terinfeksi herpes. Lakukan secara rutin hingga ruam kulit yang terinfeksi benar-benar kering dan rasa gatal hilang.
 Penyakit herpes juga dapat diobati dengan menggunakan daun kacang gude dengan cara mengambil daun gude seperlunya lalu digiling sampai halus. Kemudian daun gude yang telah halus digiling tadi dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi herpes lalu ditutup dengan daun kasa. Lakukan secara rutin 3-4 kali sehari sampai kulit yang terinfeksi herpes lukanya mengering dan rasa gatalnya hilang.
Masih banyak lagi obat-obatan herbal alami untuk mengobati penyakit herpes ini. Namun alangkah baiknya apabila kita mengobati segera penyakit ini sebelum menular lebih luas lagi, apalagi sampai menjangkiti orang lain. 

Adapula cara alami untuk mengobati penyakit herpes ini pada kulit yaitu dengan : 
  • Penggunaan garam epson atau garam terbaik yang biasa digunakan. Air garam ini dipakai sebagai salah satu pembersih pada daerah yang mengalami infeksi karena air garam ini bisa membantu meredakan dan meringankan luka. Cara membuat ramuan ini adalah dengan melarutkan 1 sendok teh garam kedalam 600 ml air atau bisa juga dengan mengambil 1 genggam garam dan dilarutkan kedalam bak mandi. Hal ini bisa dlakukan sebagai pengganti untuk menyembuhkan herpes yang bisa dilakukan di laut. Lakukanlah hal ini secara rutin untuk hasil penyembuhan yang optimal.
  • Menggunakan obat penghilang rasa nyeri yaitu dengan menggunakan obat herpes kulit yang analgetik yang biasa digunakan seperti Aspirin dan Parasetamol. Es juga bisa anda manfaatkan sebagai penyejuk kulit saat diletakkan di kulit anda. 
  • Gunakanlah pakaian yang longgar dan bahannya terbuat dari kapas, selama anda masih menderita infeksi herpes ini, sehingga akan membuat tubuh menjadi lebih nyaman karena gesekan yang terjadi pada kain dengan daerah yang terinfeksi ini bisa membuat luka menjadi cepat sembuh.
  • Pengobatan dan perawatan yang terpenting dari penyakit herpes ini adalah kebersihan tubuh yang harus selalu dijaga agar virus / bakteri herpes ini tidak mudah terjangkiti pada tubuh kita. 
Itulah gambaran tentang penyakit herpes baik itu herpes zooster ataupun herpes genitalis/simpleks yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasi segera apabila kita terkena infeksi virus / bakteri herpes itu. Semoga artikel ini bermanfaat buat kita semua.


Sabtu, 17 September 2016

Pengobatan Kadas dan Kudis


Gambar Penyakit Kadas & Kudis

Penyakit kulit seperti kadas dan kudis ditandai dengan gejala rasa gatal yang teramat sangat utamanya dimalam hari sehingga ketika kita menggaruknya akan menyebabkan penyebaran rasa gatal yang semakin meluas, bernanah bahkan sampai mengeluarkan darah. Penyaki kulit ini perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat dengan cepat menyebar keseluruh tubuh apabila tidak diobati sesegera mungkin. 
Penyakit kulit ini disebabkan oleh Tungau atau kutu kecil yang bernama Sarcoptes Scaibei varian Hominis dan biasa disebut juga dengan penyakit Scabies.
Penyakit Scabies merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia dimana lingkungan tempat tinggal mereka kurang hygienis sehingga mudah sekali terserang penyakit ini. Karena penyakit ini banyak ditemukan pada msyarakat kita, maka kita juga menemukan berbagai macam nama lain dari penyakit Scabies ini, seperti Gudik (Gudikan), Kudis (Kudisan), Gatal Agogo, Budukan dan nama lainnya sesuai dengan daerah dimana kita berada. 
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa penyebab penyakit kulit Scabies ini adalah Tungau atau kutu kecil yang berukuran 0,3 - 0,4 mm untuk betina dan untuk S. Scaibei Jantan adalah setengahnya dari ukuran Tungau Betina.
Gambar tungau S. Scaibei Penyebab Kadas dan Kudis
 Kutu Betina yang sudah dibuahi akan tinggal dikulit dengan membuat liang / terowongan pada kulit (lihat gambar). Didalam terowongan yang dibuatnya itu tungau akan bertelur dengan menghasilkan 40-50 butir telur dan akan menetas dalam waktu 3-5 hari. Diluar kulit, tungau tersebut hanya mampu bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar.

Penyakit Scabies (Kadas dan Kudis) ini merupakan jenis penyakit menular yang cepat menyebar dari orang ke orang baik melalui kontak langsung (bersentuhan kulit) maupun melalui benda-benda lain seperti handuk, pakaian maupun tempat tidur yang dipakai bersama-sama. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui hubungan seksual.

Penyakit Scabies ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Agar tidak cepat menyebar ke orang lain khususnya orang yang tinggal serumah, maka diperlukan penanganan secepatnya yaitu dengan mengobati penyakit tersebut menggunakan krim khusus atau lotion yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi penyakit Scabies tersebut secara merata.Setelah daerah kulit yang terinfeksi gatal diolesi dengan obat krim/lotion penderita harus mencegah air terkena daerah yang sudah diolesi obat gatal tersebut selama 8 - 14 jam (tergantung dari jenis obatnya) baru kemudian dibersihkan atau mandi.

Antibiotik diperlukan apabila terdapat infeksi sekunder diarea kulit gatal tersebut yang ditandai dengan adanya nanah dan luka terbuka akibat garukan.

Untuk memutuskan mata rantai penyakit scabies ini baik itu penderita dalam satu rumah ataupun dalam satu kelompok masyarakat, maka perlu diadakan pengobatan bersama-sama dalam satu waktu agar penyebab penyakit ini dapat musnah bersamaan dan tidak menjangkiti yang lainnya lagi. Penyakit kulit Scabies ini bisa dihindari dengan meningkatkan kebersihan baik itu kebersihan perseorangan maupun kebersihan lingkungan.

Semoga Artikel ini sangat membantu kita dalam mengenal, mengobati dan mencegah penyakit kulit yang sangat mengganggu ini.  










Kutu betina yang sudah dibuahi akan tinggal di kulit dengan membuat liang terowongan pada kulit (lihat gambar), disana ia bertelor sekitar 40-50 butir telor, dan akan menetas dalam waktu 3-5 hari. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar.

Bersumber dari: Mengenal Penyakit Scabies (Kudis, Gudik) dan Pengobatannya | Mediskus